Senin, 02 Mei 2011

Riwayat Hidup Tgk.H.Hasan Krueng Kalee

Setelah tiga belas tahun peperangan dahsyat berkecamuk di Aceh antara prajurit kerajaan dan rakyat Aceh dengan  serdadu-serdadu agressor Belanda,[1] pada tanggal 15 Rajab tahun 1303 H (18 April 1886) lahirlah seorang bayi dalam pengungsian di Meunasah[2] Ketembu, kemukiman Sangeue, kabupaten Pidie yang diberi nama Hasan[3], yang kemudian menjadi seorang ulama besar, yang sangat anti dengan penjajahan.
Tgk.H.Hasan Krueng Kalee dilahirkan disana sewaktu orang tuanya pindah kesana dalam rangka mempertahankan ide-idenya untuk memperjuangkan Islam dari cengkeraman kolonialisme Belanda. Beliau dibesarkan ketika orang tuanya terus berpindah-pindah tempat, dari satu daerah ke daerah yang lain, disebabkan terjadinya perang Aceh melawan Belanda waktu itu.
Beliau mempunyai tiga orang istri. Istri pertama beliau bernama Nyak Safiah anak dari Panglima Husen bin Panglima Muhammad bin Panglima Gapeh, beliau adalah seorang anak Tuan Panglima Meuntroe (Menteri) di Montasik dilahirkan di Keudah Malaysia.[4]
Hajjah Nyak Safiah adalah seorang putri penglima Husen, kemudian putri panglima Husen tersebut setelah berumur lebih kurang 10 tahun dinikahkan oleh Tgk Syekh Muhammad Arsyad (kawan akrab panglima Husen Keudah Malaysia) dengan seorang murid beliau yang berasal dari Aceh yang bernama Tgk.H.Hasan Krueng Kalee.
Istri Beliau yang kedua bernama Aisyah (Nyak Payet) yang berasal dari Manyak Payet-Aceh Timur binti Tgk Su’ud bin Abbas yakni paman beliau sendiri. Adik ayahnya yang lain ibu dengan Tgk Haji Muda (Tgk Haji Hanafiah). Sedangkan isteri beliau yang ketiga bernama Nyak Awan binti Ishaq. Tgk Ishak ini adalah cucu Tgk Chik Lam Seunong, kecamatan Kuta Baru-Aceh Besar. Beliau adalah guru Tgk Haji Muda (Tgk Haji Hanafiah). Dari ketiga isterinya ini Tgk.H.Hasan Krueng Kalee dianugrhakan lima belas orang anak, sembilan putra dan enam putri.Dari pengakuan dan data-data cucu-cucu beliau, Tgk.H.Hasan Krueng Kalee meninggal pada tanggal 19 Januari 1973, bertepatan dengan 14 Zulhijjah 1392 Hijrah, jam 02.45. Beliau berpulang ke rahmatullah dalam usia 90 tahun di Krueng Kalee, desa Siem, kecamatan Darussalam-Aceh Besar.
Oleh sebab itu, nama Tgk.H.Hasan Krueng Kalee yang dikenal oleh masyarakat kecamatan Darussalam khususnya dan masyarakat Aceh umumnya adalah dinisbahkan kepada daerah tempat beliau mendirikan dayah serta tempat beliau meninggal. Tgk.H.Hasan Krueng Kalee juga dikenal dengan Tgk.H.Syekh Hasan Krueng Kalee atau juga dikenal dengan nama panggilannya Tgk Dian. Tgk.H.Hasan Krueng Kalee hanya mempunyai seorang saudara laki-laki, namanya Tgk.Syekh Abdul Wahab. Beliau tidak mempunyai keturunan karena sudah meninggal dunia di Mekkah sebelum sempat berkeluarga



                 [1] Pernyataan perang Kerajaan Belanda kepada Kerajaan Aceh bertanggal 26 Maret 1873 26 Muharram 1290 H.
[2] Meunasah:  Desa

                [3]  Data-data dalam penulisan buku ini penulis peroleh dari hasil wawancara dengan keluarga Tgk H.Hasan Krueng Kalee, serta dari tokoh-tokoh ulama dan tokoh masyarakat yang pernah menimba ilmu sama beliau, seperti: Abu Idris Lamnyong, Tgk.H.Daud Zamzami(Wakil Ketua Majlis Permusyawaratan Ulama/MPU Aceh), Tgk H.Yusuf  Matangkuli(Abu Ceubrek), serta dari berbagai sumber pustaka lainnya

[4]  Dari pengakuan keluarga Tgk.H.Hasan Krueng Kalee, Panglima Husen ayahanda dari Nyak Ti Safiah ini memperoleh gelar ’panglima’ bukanlah karena  beliau seorang panglima peperangan, akan tetap gelar ini merupakan gelar keturunan yang didapatinya secara turun temurun.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Redesign by : Sbafcom Corporatian