Senin, 02 Mei 2011

Tgk.H.Hasan Krueng Kalee sebagai Salah Seorang Ulama Besar di Aceh

Menurut Sufyan As-Saury dari Abi Hayyan At-Taimy, ulama itu ada tiga katagori:

  • Mereka yang tahu Allah SWT dan tahu akan perintah-perintahNya.
  • Mereka yang tahu tentang Allah, tetapi tidak mengetahui perintah-perintahNya
  • Mereka yang ‘alim(mengetakhui benar) tentang perintah-perintah Allah, akan tetapi tidak tentang Allah SWT.
Maka orang yang mengetahui tentang Allah, memahami perintahNya, mengetahui kewajiban dan ketentuanNya ialah orang yang takut kepada Allah. Dan orang yang alim tentang Allah, tetapi tidak mengetahui perintahNya, dan tidak pula memahami kewajiban_kewajiban serta ketentuan-ketentuanNya, namun ia takut kepada Allah. Sedangkan orang yang ketiga ialah orang yang alim tentang perintah Allah, tetapi tidak alim tentang Allah yang ia ketahui kewajiban dan ketentuaNya, serta tidak takut kepadaNya
            Tgk Haji Hasan Krueng Kalee dapat di katagorikan sebagai ulama, karena beliau sejak usia muda sudah memimpin Dayah Krueng Kalee sampai berpulang ke rahmatillah.Disamping itu beliau sudah menjadi ulama di Mekah dengan gelar syeih Hasan Al-Falaqy, karena beliau bukan hanya menguasai ilmu agama saja, akan tetapi ilmu-ilmu yang lain seperti ilmu falak, sejarah Islam. Selama di Mekkah beliau beliau mempelajri ilmu agama, ilmu tabib, ilmu handasah.[1] Menurut Prof A. Hasjmy, selain usaha yang telah disebutkan diatas juga Tgk H.Hasan krueng Kalee mengadakan pengajian, sebagai juru dakwah, pemberantas bid’ah dan khurafat.[2]
            Keaktifan beliau didorong oleh keingginan mencari keridaan Allah SWT,untuk mencerdaskan bangsa, memperbaiki keadaan masyarakat dan membebaskan diri dari belunggu penjajahan.kegiatan ini dengan modal pendirian teguh, istqamah dan pandangan jauh kedepan. Sedangkan dalam hal menuntut kemerdekaan Tgk Haji Hasan Krueng Kalee adalah salah seorang pejuang yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda.
            Dari uraian diatas jelaslah bahwa Tgk Haji Hasan Krueng Kalee mempunyai cita-cita yang tinggi untuk memperjuangkan kemerdekaan tanah air,bangsa dan masyarakatnya dari penjajahan Belanda dan mengisi kemerdekaan dengan ajaran agama.           
            Untuk itu beliau selalu berusaha bekerja sama dengan masyarakat, membangun dan memperbaiki mesjid yang telah rusak selama perang Aceh seperti Mesjid Lamnyong, juga bekerja sama dengan ulama-ulama, baik mengadakan pengajian-pengajian. Dalam pengajjian tersebut beliau selalu menceritakan dan menasehatkan masyarakat untuk giat mengerjakan yang baik dan berguna serta menjahui perbuatan-perbuatan yang buruk sesuai dengan ketetuan Islam dan sesudah pengajian selesai beliau selalu memberi kesempatan untuk berdiskusi.
            Setelah beberapa tahun Tgk Haji Hasan Krueng Kalee membina pendidikan di pesantren Luhur Kreung Kalee dengan menitik beratkan pada ajaran Islam, yaitu ilmu Tauhid, Akhlaq, Fiqh, Tafsir dan Tasauwuf dan Al-Qur’an Al-karim serta beberapa ilmu lain. Tgk Haji Hasan Krueng Kalee hanya mengajar pada tinngkat tinggi, sedangkan pada tingkat rendah diajarkan oleh Tgk dirangkang dan Tgk dibalee. Dan beliau mulai memberantas bid’ah dan Khurafat yang timbul dalam masyarakat.
            Dari hasil usaha beliau itu secara sedikit demi sedikit penyimpangan- penyimpangan ajaran agama berangsur kurang, namun sampai saat sekarang masih juga terdapat hal-hal yang telah penulis sebutkan diatas. Tetapi tidak seperti sebelum adanya usaha-usaha yang digerakkan oleh almarhum Tgk Haji Hasan Krueng Kalee.
            Sebagai contoh keberhasilan beliau memberantas khurafat, ialah tradisi boros dan tidak sesuai dengan ajaran agama, yaitu upacara kenduri besar-besaran diwaktu turun ke sawah yang dilakukan oleh masyarakat kemukiman Lamblang, kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar dengan menyembelih seekor sapi berwarna hitam.
            Sebelum upacara penyembelihan sapi itu diseret ke sebuah kolam yang airnya agak dalam, kemudian bila sapi itu mendarat dipukul sampai berdarah, begitulah keadaan sapi tersebut yang sudah diseret kedalam kolam, ketika mendarat dipukul, sehingga air kolam itu bercampur dengan darah atau menjadi merah. Setelah sapi itu luka-luka, barulah disembelih secara benar dan dagingnya dibagi-bagi kepada kelompok-kelompok tani yang ada di sekitar sawah tempat kejadian itu. Mereka beranggapan bahwa darah sapi yang mengalir ke sawah bersama air kolam tersebut member berkat dan panennya akan bertambah.
            Setelah upacara penyembelihan sapi tersebut, diadakan pantang selama tujuh hari tujuh malam. Maka pada tiap-tiap tahun turun ke sawah mereka memuja kolam itu supaya airnya tetap mengalir sehingga mereka bias menanam padi dengan menyembelih seekor sapi berwarna hitam. Tidak boleh siapapun mengerjakan sawah di sekitar itu, selama batas waktu yang telah ditentukan. Jika ada orang yang melanggar peraturan tersebut, maka ia didenda dengan seekor sapi untuk mengulangi kenduri tersebut. Tetapi andai kata ada orang yang baru datang ke wilayah tersebut tidak mengetahuinya maka dendanya cukup dengan satu hidangan ketan (sepuluh bamboo beras ketan).
            Akhirnya beliau memperhatikan tradisi buruk didalam masyarakat bertentangan dengan ajaran agama, maka beliau memanggil pemuka-pemuka masyrakat dalam tiga kemukiman kecamatan Kuta Baro dan sekitarnya untuk diberikan penjelasan dari akibat tindakan atau kepercayaan yang salah itu, maka Tgk Haji Hasan Krueng Kalee, pada suatu hari datang ke tempat diadakan kenduri itu, untuk menyembelih sapi tersebut dengan baik, sambil membatalkan segala pantangannya dan melarang semua tatacara penyembelihan yang sudah teradat pada diri mereka.[3] Demikianlah usaha dan kegiatan Tgk Haji Hasan Krueng Kalee dalam membina masyarakat dengan mengikutsertakan tokoh-tokoh masyarakat dan ulama lainnya, baik dibidang ibadah maupun dibidang pemberantasan khurafat.



[1] Hasil wawancara dengan Tgk Idris Lamnyong dan Tgk.H.Daud Zamzami
                [2] Fauziah Ibrahim, Tgk Haji Hasan Krueng Kalee Sebagai Tokoh Pendidikan Islam di Aceh, Skripsi, 1986 (Hasil wawancara dengan Prof. A. Hasjmy, Banda Aceh tanggal 12 Agustus 1985).
                [3] Hasil wawancara dengan Tgk Idris, Lamnyong dan Tgk.H.Daud Zamzami

0 komentar:

Posting Komentar

 
Redesign by : Sbafcom Corporatian